Tragedi Ambruknya Bangunan Ponpes di Sidoarjo, Diduga 8 Santri Tertimbun Runtuhan Sudah Tak Bernapas

Foto: Tragedi ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny di desa Siwalanpanji, kecamatan Buduran, kabupaten Sidoarjo.

 

Sidoarjo, SuaraGlobal.Net – Tim Basarnas menyebutkan adanya Delapan santri korban Ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, kabupaten Sidoarjo tak lagi terdeteksi tanda kehidupan atau sudah tidak lagi bernapas. Para santri itu masih tertimbun reruntuhan, sebagaimana ditemukan dalam posisi sujud di bawah tiang bangunan.

Proses evakuasi terhadap korban ambruknya bangunan di Ponpes terus dilakukan. Petugas hingga saat ini mendeteksi masih ada korban di 15 titik.
Kasubdit RPDO (Pengarahan dan Pengendalian Operasi) Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia (KMM) Basarnas, Emi Freezer menyatakan bahwa dari 15 titik yang ditemukan, terbagi dalam tujuh yang berstatus hitam dan sisanya merah.
“Target utama yang sedang kami kejar saat ini adalah 15 lokasi titik. Dimana dari 15 lokasi ini disampaikan, delapan berstatus hitam, tujuh berstatus merah,” ujar Frezzer dalam konferensi pers,” ucapnya pada Rabu (1/10/2025).

Baca Juga ;  Sambutan Hangat MPLS SDN Mergosari 2 Tarik, Menapak Hari Pertama Sekolah dengan Ceria

Hitam artinya tidak di temukan tanda-tanda kehidupan seperti adanya napas ataupun respons atas panggilan hingga rasa sakit. Sementara merah adalah korban masih bernafas dan dapat memberikan respons terhadap suara.
Freezer menjelaskan, delapan orang dalam status hitam itu kondisinya tidak dapat terevakuasi, sebab berada di bawah kolom atau tiang bangunan
“Kemudian yang dua, dari delapan itu berdampingan dengan (titik yang ditetapkan petugas) A1, posisinya lagi sujud, sama tertindih juga,” jelasnya.
Sementara beberapa korban lain berada di dalam kolom yang berbeda. Beberapa korban di sana masih memberikan respons.
“Yang responsif itu ada 7, itu semuanya ada di bawah, ada di lantai dasar, tapi terbagi di dua sisi di patahan tadi,” katanya.

Baca Juga ;  SDN Kletek Taman Menggelar Lomba Tingkat 1 sebagai Langkah Pasti Menuju Prestasi Kepramukaan Tingkat Kwarran, SDN Kletek: Pramuka Kreatif, Menuju Juara Tanpa Batas

Untuk tujuh orang yang masih bisa memberikan respons, baru satu yang bisa di jangkau oleh petugas. Akan tetapi, hingga saat ini belum berhasil terevakuasi.
Namun, masih ada kemungkinan bahwa jumlah korban yang ada di bawah reruntuhan itu lebih dari 15 orang. Sebab, hingga saat ini belum dapat dipastikan jumlah keseluruhan korban yang terjebak dalam runtuhan bangunan tersebut.

Petugas pun terus mengoptimalkan proses evakuasi. Sebab mereka harus mengejar golden time yakni 72 jam dari waktu kejadian untuk menyelamatkan para korban terjebak.

Kemudian Kepala Basarnas Marsekal Muda TNI Mohammad Syafii mengatakan, pihaknya berharap operasi penyelamatan korban bisa segera dirampungkan.
“Sesuai teori memang 72 jam, namun pada saat kita sudah bisa menyentuh korban, kita sudah bisa mensuplai minuman, vitamin, bahkan info sudah bisa kita berikan yang memungkinkan bersangkutan ini bisa bertahan lebih lama,” katanya.
Karena posisi korban terjebak reruntuhan hingga sulit terevakuasi, petugas pun membuat alternatif tunnel atau gorong-gorong. Namun proses ini harus ekstra hati-hati karena di khawatirkan bisa memicu runtuhan susulan.
“Saat ini untuk menyentuh ke titik korban, kita harus melalui, membuat gorong-gorong di bawah tanah,” pungkas Syafii. (AGN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *