DLH Gresik Sebut Asap Kuning Produksi PT Roasi Sinergi Industri Mengandung Bahan Kimia

Foto: Tim Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gresik mendatangi lokasi produksi PT Roasi Sinergi Industri di Desa Sumput, Driyorejo.

Gresik, SuaraGlobal.Net – Asap kuning pekat masih menyelimuti langit Desa Sumput, Driyorejo, Kamis (6/3/2025) sore.
Asap kuning berbau menyengat di Driyorejo itu membuat resah warga setempat. Fenomena ini sudah berlangsung lebih dari dua pekan.

Bau menyengat tercium oleh warga hingga radius 500 meter.

Tak hanya mengganggu pernapasan, asap juga menyebabkan mata pedih. Asap kuning berbau menyengat di Driyorejo itu rutin muncul hampir setiap sore. Keluhan warga sempat ramai diperbincangkan hingga viral di media sosial. Diduga, asap tersebut mengandung bahan kimia berbahaya.
Di antaranya asam sulfat, nitrat, dan tembaga.

Baca Juga ;  Terperosok Jalan Rusak, Pemuda di Driyorejo Gresik Tewas usai Jatuh Disasak Motor

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Gresik, Jauzi, membenarkan hal itu.
Menurutnya, sumber asap berasal dari pabrik copper sulfate di Desa Sumput, Driyorejo. Yakni PT Roasi Sinergi Industri.
“Pada 21 Februari, cerobong scrubber reaktor copper sulfat rusak. Produksi sempat berhenti,” kata Jauzi, Jumat (7/3/2025).

Namun, perusahaan kembali beroperasi. Mereka mencoba produksi pakai IBC tank. Uji coba tersebut memicu asap kuning keluar.

Baca Juga ;  Tim P3D Desa Ngampel Melaksanakan Ujian Tertulis Seleksi Perangkat Desa Kasi Pelayanan

DLH Gresik langsung turun tangan. Sampling asap juga telah diambil.
Hasilnya masih diuji di laboratorium.
“Soal kandungan bahayanya, kami tunggu hasil lab. Surat peringatan juga sudah kami layangkan,” jelasnya.

Sehari setelahnya, Kamis (7/3/2025), DLH Gresik menghentikan aktivitas produksi.
Pabrik juga diminta segera melengkapi izin lingkungan.
“Kami sudah memberi surat peringatan supaya mereka betul-betul menjaga lingkungan dan melengkapi izin,” kata Kepala DLH Gresik, Sri Subaidah.
Pihaknya juga memastikan jika kejadian ini terulang, izin perusahaan terancam dicabut.
“Tim pengawasan kami turun lagi bersama camat dan perangkat desa untuk pastikan produksi berhenti,” ujarnya memungkasi.(Ges)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *